BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masa depan Negara ini berada di
tanggan anak-anak kita nantinya. Untuk melihat kemampuan suatu Negara 20,30 dan 40 tahun kedepan, maka lihatlah kemampuan
anak-anak mudanya. Karana yang akan meneruskan tongkat estavet Negara ini adalah
anak muda sekarang. Untuk itu yang menjadi konsentrasi disini adalah bagaimana
menhasilkan anak muda yang memiliki cita-cita besar, menta baja serta
berkemauan yang tinggi.
Untuk membangun sebuah fondasi
negera adalah dengan cara membagau genearsi yang tagguh. Salah satu cara untuk
membangun sebuah fondasi Negara adalah dengan melalui pendidikan. Dengan
pendidika yang baik maka akan melahirkan (output) yang hebat.
Yang menjadi permasalah sekarang
adalah bagaimana membangun pendidikan yang baik itu. Pendidikam yang baik
adalah pendidikan yang menyenangkan dan berkualitan. Untuk itu diperlukan
sebuah staregi dan metoe yang tepat untuk membangun sebuah fondasi pendidikan
yang kuat.
Di sini saya akan membahas salah satu
metode pembelajaran yang dapat diterapkan di dalam dunia pendidikan. Dengan
metode yang baik dan tepat maka pendidikan di suati Negara akan menghasilkan
nahkoda-nahkoda yang hebat, yang dapat membawa kapal Indonesia ini ke jalur
yang tepat.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
dengan metode pembelajaran demonstrasi dapat membuat siswa lebih paham
pengaplikasian dari materi ajar yang disampaikan?
C.
Tujuan
1. Pemahaman
siswa terhadap pengaplikasian ilmu yang di dapat di dunia pendidikan.
BAB II
ISI
A.
Pengertian
metode pembelajaran Demonstrasi
Metode demonstrasi
adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan
urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan
media pengajaran yang relevan dengan
pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan. Metode ini digunakan agar siswa menjadi lebih paham terhadap materi
yang dijelaskan karena menggunakan alat peraga dan menggunakan media
visualisasi yang dapat membantu siswa untuk lebih memahami.
B.
Penerapan
model pembelajaran demonstrasi
Proses pencapaian
pendidikan berkualitas diperlukan sistem pembelajaran yang berkualitas pula.
Pendidikan berkualitas dalam proses pembelajaran di sekolah seharusnya tidak
melalui pemberian informasi pengetahuan melainkan melalui proses pemahaman
tentang terkait pengetahuan itu diperoleh.
Sesuai dengan KTSP,
bahwa selama proses KBM berlangsung, pendidik tidak dapat lagi mempertahankan
paradigma lama yaitu pembelajaran berpusat pada guru (Teacher Centered
Learning). Pada kenyataannya, saat ini masih banyak pendidik yang belum
menerapkan pembelajaran yang mengacu pada KTSP secara utuh. Pembelajaran TCL (Teacher
Centered Learning) masih banyak diterapkan dalam proses pembelajaran
di kelas dengan alas an pembelajaran TCL sangat praktis dan tidak banyak
menyita waktu. Guru menyajikan materi secara teoritik dan abstrak sedangkan siswa
pasif, siswa hanya mendengarkan guru ceramah di depan kelas. Akibat dari
kebiasaan tersebut siswa menjadi kurang kreatif dalam memecahkan masalah,
partisipasi rendah, kerja sama dalam kelompok tidak optimal, kegiatan belajar
mengajar tidak efisien dan pada akhirnya hasil belajar menjadi rendah.
Dalam penerapan metode
pembelajaran demonstrasi yang mnjadi senral utama adalah murid. Dimana murid
diajak dalam proses pembelajaran baik sebagai pengamat maupu pelaksana dalam
proses pembelajaran.
Dalam pelaksanaan metode
pembelajaran demonstrasi yang terdiri dari lima langkah kegiatan pembelajaran,
yakni (1) persiapan materi, (2) penyampaian materi, (3) tes. Berikut ini penjelasan
dari ketiga langkah tersebut:
·
Langkah 1 : Persiapan Materi
Pada kegiatan persiapan
materi ini terlebih dahulu dipersiapkan alat yang akan digunakan untuk
diterangkan pada siswa. Dengan demikian proses pembelajaran dapat dilakukan
lebih efektif dan dapat dilakukan semaksimal
mungkin.
·
Langkah 2 : Penyampaian Materi
Setelah proses
persiapan materi selesai maka dilanjutkan dengan proses penyampaian materi.
Perlu diperhatikan, pada tahap ini proses persiapan materi harus dipersiapkan
dengan matang karena apabila ada alat yang terlupa maka akan berpengaruh besar
pada saat proses pembelajaran. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung,
guru harus menerangkan materi yang aka disampaikan dengan memperagakan alat
yang digunakan dan dapat dibantu dengan visualisasi gambar dari proyektor agar
siswa menjadi lebih paham karena mendapatkan gambaran langsung tentang materi
yang dijelaskan.
Setelah semua materi
dijelaskan maka guru melemparkan pertanyaan kepada siswa agar dapat diketahui
apakah ada bagian yang belum dimengerti oleh siswa. Apabila terdapat bagian
yang belum dimengerti maka guru menjelaskan kembali bagian tersebut. Sebagai
contoh guru menjelaskan komponen komputer yaitu VGA, maka guru harus membawa VGA
ke dalam kelas dan menjelaskan mekanisme kerja VGA pada siswa termasuk
bagaimana cara memasangkan VGA pada motherboard. Dengan demikian maka
siswa mendapat gambaran dan lebih memahami materi yang dijelaskan.
·
Langkah 3 : Kuis
Untuk memantau hasil
belajar siswa maka dilakukan sesi tanya jawab. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui kepahaman siswa terhadap materi yang sudah dijelaskan. Siswa
diberikan beberapa pertanyaan tentang materi yang sudah dijelaskan dan untuk
mengetahui apakah siswa paham atau tidak maka guru meminta siswa untuk menjelaskan
di depan kelas dengan alat bantu.
C. Metode
Pembelajaran Demonstrasi
Metode demonstrasi memiliki berbagai
keuntungan pada saat proses pembelajaran ketika seorang guru sedang melakukan
proses pembelajaran didepan kelas. Dengan memanfaatkan media pendukung,
diharapkan siswa menjadi lebih memahami tentang materi yang dijelaskan sehingga
proses pembelajaran yang dilakukan siswa mendapatkan hasil yang maksimal.
Manfaat psikologis pedagogis dari metode
demonstrasi adalah:
a. Perhatian siswa dapat lebih
dipusatkan.
b. Proses belajar siswa lebih terarah
pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman
dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
Kelebihan metode demonstrasi adalah [4]:
a. Membantu anak
didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda.
b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan
.
c.
Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaik melaui
pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan obyek sebenarnya.
Kelemahan metode demonstrasi adalah:
a. Anak didik
terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
b. Tidak semua benda dapat
didemonstrasikan.
c. Sukar
dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang
didemonstrasikan.
C. Hasil Penelitian
Setelah dilaksanakan
pembelajaran pada kedua kelas diperoleh rata-rata nilai posttest untuk kelas
eksperimen sebesar 87,65 dan rata-rata nilai posttest untuk kelas control sebesar
67,96. Setelah uji statistik non parametik yang membandingkan kedua nilai
diperoleh nilai 0,00. Hal ini dapat diartikan kelas yang menggunakan metode demonstrasi
secara signifikan lebih baik hasilnya dibandingkan kelas konvensional.
Berdasarkan data hasil
pretest dan posttest kelas eksperimen, maka diperoleh selisih nilai 26.87 dan
selisih nilai pretest dan posttest untuk kelas kontrol sebesar 7,96. Setelah
dilakukan penghitungan pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata indeks N-Gain
sebesar 0,64. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh rata-rata indeks N-Gain
sebesar 0,09. Hal ini dapat diartikan kemampuan siswa pada kelas yang
menggunakan metode pembelajaran demonstrasi lebih baik dari kelas konvensional.
Dari pengolahan angket
yang telah dilakukan pada 32 responden, diperoleh skor total sebesar 74,6% yang
dapat diartikan “pada umumnya”. Diperoleh hasil bahwa 11 responden yang
menjawab cukup, 17 responden yang menjawab tinggi dan 4 responden yang menjawab
tinggi sekali.
Hal ini di dukung oleh
data hasil peneltian yang dilakukan pada SMA Negeri 3 Surakarta.
Table 1. Distribusi
frekuensi data sikap ilmiah siswa tinggi rendah
Sikap
Ilmiah
|
Metode
Eksperimen
|
Metode
Demontrasi
|
Jumlah
|
||
Frenk
|
Presentase
|
Frenk
|
Presentase
|
||
Tinggi
|
21
|
68%
|
11
|
34,3%
|
32
|
Rendah
|
10
|
32%
|
21
|
65,6%
|
31
|
Jumlah
|
31
|
100%
|
32
|
100%
|
63
|
Table 2. deskripsi data presentase
belajar kognitif ditinjau dari metode belajar
kelas
|
Jumlah
Data
|
Maks
|
Min
|
Rata-rata
|
Std.def.
|
Metode
Eksp
|
31
|
100
|
67
|
80,97
|
10,3
|
Metode
Demonstrasi
|
32
|
90
|
53
|
72,28
|
10,1
|
Table 3. Deskripsi data presentase
belajar afektif ditinjau dari metode belajar
kelas
|
Jumlah
Data
|
Maks
|
Min
|
Rata-rata
|
Std.def.
|
Metode
Eksp
|
31
|
89
|
65
|
77
|
6,5
|
Metode
Demonstrasi
|
32
|
85
|
55
|
71
|
7,8
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Melalui pretest yang
dilakukan pada kedua kelas dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan siswa pada
kedua kelas cenderung sama sebelum dilakukan proses pembelajaran. Namun setelah
dilakukan penghitungan posttest pada kedua kelas dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan dan hal ini diperkuat dengan penghitungan NGain.
Melalui penghitungan
angket, proses pembelajaran menggunakan metode demonstrasi terbukti efektif
digunakan karena siswa mendapatkan gambaran tentang materi yang diajarkan
melalui media yang digunakan dan siswa juga mendapat pemahaman lebih dengan
mempraktekan materi yang diajarkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran demonstrasi
efektif terhadap peningkatan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran KKPI.
B. Daftar Pustaka
Suregar, antomi.
dkk.2013. pembelajran fisika
kontekstual melalui metode ekperimen dan demonstrasi diskusi menggunakan
multimedia nteraktif.UNS: ISSN: 2252-7893, Vol 2,
No 2 2013 (hal 100- 113).
Rohenri, dedi. 2010. Efektivitas Metode Pembelajaran Demonstrasi Terhadap Peningkatan Hasil
Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan
Informasi Di Sekolah Menengah Kejuruan. UPI: Vol.
3 No.1 / Juni 2010